Jumat, 21 Oktober 2011

Skripsi Jurusan Bahasa Jawa


BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang Masalah
Keterampilan berbahasa bagi siswa SMP merupakan dasar untuk mengembangkan dirinya dalam berkomunikasi di masyarakat, sehingga siswa dituntut menguasai banyak keterampilan. Salah satu di antaranya adalah keterampilan berbahasa untuk memperlancar komunikasi dan berinteraksi satu sama lain. Ada empat macam keterampilan berbahasa yang memiliki hubungan erat satu sama lain, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Keterampilan menulis merupakan kegiatan yang penting dalam kehidupan manusia. Manusia telah melakukan kegiatan menulis sejak mereka mengenal simbol-simbol pada zaman prasejarah. Sampai sekarang, mereka tetap melakukan kegiatan menulis karena keterampilan tersebut dipandang sebagai komunikasi yang paling efektif dan ekonomis, walaupun sudah ada alat komunikasi modern seperti radio, televisi, dan lain-lain. Suatu komunikasi dipandang efektif apabila yang dikomunikasikan itu sampai ke tempat tujuannya dengan maksud sesuai dengan sumbernya.
Menulis adalah suatu keterampilan yang memiliki peran penting dalam dunia pendidikan, keterampilan menulis memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Hal itu disebabkan keterampilan menulis memerlukan penguasaan akan unsur kebahasaan dan unsur di luar kebahasaan yang akan menjadi isi karangan. Unsur kebahasaan maupun unsur di luar kebahasaan harus terjalin dengan baik, agar dapat menghasilkan karangan yang runtut dan padu.
Pembelajaran keterampilan menulis di SMP 16 Yogyakarta pada umumnya masih belum efektif karena kurangnya kebiasaan menulis oleh siswa sehingga mereka sulit menuangkan ide-idenya dalam bentuk tulisan. Kurangnya praktik menulis itulah yang menjadi salah satu faktor kurang terampilnya siswa dalam menulis. Siswa Sekolah Menengah Pertama seharusnya dituntut untuk mampu mengekspresikan gagasan, pikiran, dan perasaannya secara tertulis. Namun pada kenyataannya, kegiatan menulis belum dapat terlaksana sepenuhnya. Selain itu, siswa merasa kesulitan menumbuhkan imajinasinya apabila dihadapkan pada suatu topik yang tidak dikenalnya. Siswa akan mengalami kesulitan dalam mengekspresikannya ke dalam tulisan. Akibatnya siswa tidak dapat melanjutkan kegiatan menulis.
Inti permasalahan yang harus diselesaikan adalah membuat pelajar mampu menulis karangan deskripsi dengan cara menumbuhkan imajinasi yang dimilikinya, apabila dihadapkan pada topik yang belum dikenalnya. Untuk itu, diperlukan suatu inovasi pembelajaran sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran menulis, khususnya menulis karangan deskripsi berbahasa Jawa. Penggunaan media gambar flow chart diprediksi merupakan inovasi baru untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi berbahasa Jawa.
Gambar yang terdapat dalam flow cart adalah berbentuk  mirip kartun. Gambar semi kartun yang terdapat dalam flow cart mempunyai kekuatan untuk memancing perhatian serta mempengaruhi sikap dan perilaku pembacanya. Karakteristik yang nyata dari gambar flow chart dapat mempersingkat penjelasan yang panjang serta rumit melalui unsur gambar yang ditampilkan sehingga menjadi sederhana dan mudah dipahami. Oleh karena itu, media gambar flow chart tidak dapat diabaikan atau dipandang sebelah mata. Media ini dapat memberikan kontribusi yang positif bagi anak melalui sifatnya, yaitu membuat anak merasa senang dan menumbuhkan imajinasi anak.

B.        Identifikasi Masalah
Beberapa identifikasi masalah yang muncul berdasarkan latar belakang masalah di atas adalah sebagai berikut.
1.    Kurangnya kebiasaan menulis di kalangan siswa kelas VIII E SMP Negeri 16 Yogyakarta.
2.    Kurangnya waktu untuk praktik menulis karangan deskripsi berbahasa Jawa di sekolah
3.    Belum ditemukan media yang sesuai untuk pembelajaran menulis karangan deskripsi berbahasa Jawa.
4.    Kemampuan menulis karangan dekripsi berbahasa Jawa siswa kurang optimal.

C.       Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, muncul banyak permasalahan yang harus diselesaikan. Agar penelitian ini lebih terfokus dan mendalam kajiannya perlu ada pembatasan masalah penelitian. Oleh karena itu, penelitian ini dibatasi pada permasalahan apakah ada peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi berbahasa Jawa dengan media gambar flow chart siswa kelas VIII E SMP Negeri 16 Yogyakarta dan bagaimanakah media gambar flow chart dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi berbahasa Jawa siswa kelas VIII E SMP Negeri 16 Yogyakarta.

D.       Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, dapat disimpulkan masalah penelitian ini adalah bagaimana media gambar flow cart dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi berbahasa Jawa siswa kelas VIII E SMP Negeri 16 Yogyakarta?

E.        Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pokok permasalahan di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan ketrampilan menulis karangan deskripsi berbahasa Jawa pada siswa kelas VIII E  SMP N 16 Yogyakarta dengan menggunakan media gambar flow chart.

F.        Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat secara baik, yaitu sebagai berikut :
a.       Bagi siswa, hasil penelitian ini akan dapat digunakan sebagai cara untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi berbahasa Jawa;
b.      Bagi guru dan calon guru Bahasa Jawa, penelitian ini dapat dijadikan referensi tindakan dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi berbahasa Jawa;
c.       Bagi peneliti, penelitian ini akan menjadi bentuk pengabdian dan penerapan dari ilmu yang didapat, memberikan pengalaman kepada peneliti, serta dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat terutama dalam bidang pendidikan;
d.      Bagi pihak sekolah, penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di sekolah. Selain itu diharapkan dapat menjadi pemacu untuk mengembangkan penelitian dan penulisan karya ilmiah lainnya sebagai penunjang peningkatan kualitas pendidikan.











BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Media Pengajaran
1.      Pengertian Media Pengajaran
         Proses belajar mengajar tidak bisa terlepas dari unsur-unsur yang berupa tujuan, bahan pelajaran, metode, alat bantu, dan evaluasi. Alat bantu yang berupa media pengajaran memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar. Untuk mengetahui gambaran tentang media pengajaran penulis mengutip beberapa definisi mengenai media pengajaran yang telah diungkapkan oleh para ahli.
Media pengajaran merupakan setiap alat baik hardware maupun software yang dipergunakan sebagai media komunikasi dengan tujuan untuk meningkatkan efektifitas proses belajar mengajar. Hal senada disampaikan oleh Hamalik (1986: 23) sebagai alat, metode, teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran.
           Beberapa pendapat di atas kiranya dapat memberi gambaran bahwa media pengajaran adalah alat bantu atau perlengkapan yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar sebagai alat komunikasi antara guru dengan siswa. Alat-alat bantu tersebut pada hakikatnya digunakan untuk memudahkan guru dalam menyajikan materi pelajaran dan untuk menghindarkan verbalisme bagi siswa serta meningkatkan keefektifan proses belajar mengajar.

2.      Fungsi Media Pengajaran
            Hamalik (1986: 27) mengemukakan fungsi media pendidikan sebagai berikut:
a.       Media dapat memberikan pengalaman yang berarti bagi siswa dan meletakkan dasar-dasar untuk berpikir.
b.      Memperbesar perhatian siswa sehingga membuat pelajaran terarah.
c.       Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menimbulkan kegiatan sendiri di kalangan siswa.
d.      Membantu timbulnya pengertian dan dengan demikian membantu perkembangan kemampuan berbahasa.
e.       Memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, serta memberikan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.
Dalam penelitian ini peneliti mengembangkan fungsi-funfsi dalam

3.      Manfaat Media Pengajaran
              Sudjana dan Rivai (1992: 2) mengemukakan manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:
a.       pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar
b.      bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pengajaran
c.       metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apabila guru mengajar pada setiap jam pelajaran
d.      siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

            Media pengajaran mempunyai banyak fungsi yang dapat membantu keberhasilan proses belajar mengajar, karena media pengajaran berfungsi sebagai saluran untuk menyampaikan informasi atau materi pelajaran dari guru kepada siswa, dapat mengurangi penyampaian materi pelajaran secara verbalistis, serta merangsang perhatian dan mengaktifkan siswa.
4.      Jenis-jenis Media Pengajaran
            Soeparno (1988 : 11-12) mengklasifikasikan media pengajaran berdasarkan karakteristiknya, dimensi presentasinya, dan berdasarkan pemakainya. Berdasarkan karakteristiknya, media dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a.       media yang memiliki karakteristik tunggal misalnya : radio, rekaman, slide, reading box dan reading machine
b.      media yang memiliki karakteristik ganda misalnya : film bisu, film bersuara, TV, OHP, dan slide suara
Berdasarkan dimensi presentasinya, media dapat dibedakan menurut lamanya presentasi dan sifat presentasinya.
a.       Berdasarkan lama presentasinya dibedakan :
1.      presentasi sekilas misalnya : radio, rekaman film, TV dan  flash card
2.      presentasi tak sekilas misalnya : OHP, flow chart, kubus struktur dan bumbung substitusi.
b.      Berdasarkan sifat presentasinya dibedakan :
1.      presentasi kontinyu misalnya : radio, TV, film
2.      presentasi nonkontinyu misalnya : OHP, flow chart, kubus struktur dan bumbung substitusi dan sebagainya
Berdasarkan pemakainya, media dapat dibedakan menurut :
a.       jumlah pemakainya misalnya media untuk kelas besar, untuk kelas kecil dan media untuk belajar secara individual
b.      usia dan tingkat pendidikan pemakainya misalnya : media untuk murid TK, untuk murid SD, siswa SLTP, siswa SLTA dan untuk Mahasiswa di perguruan tinggi.
            Berdasarkan klasifikasi media pendidikan di atas, selanjutnya dapat diketahui bahwa media gambar flow chart merupakan media pengajaran bahasa yang tergolong media visual.
            Vernon S. Gerlach (1980 : 273), menyatakan bahwa :
“A picture may not only be worth a thaosand word-it may also be worth a thausand years or a thousand miles. Through pictures, learners can be shown people, places, and things from areas for outside their own experiences. Picture can also represent images from ancient times or portray the future.”

            Adapun arti dalam bahasa Indonesia adalah “Sebuah gambar mungkin tidak hanya menjadi berharga sebuah ribuan kata. Hal ini mungkin juga menjadi bermakna sebuah ribuan tahun atau sebuah ribuan mil. Meskipun gambar,  pelajar dapat ditunjukkan orang, tempat, dan hal-hal dari tempat dari luar dalam pengalaman pribadi mereka. Gambar dapat juga mewakili imajinasi dari waktu kuno atau potret yang akan datang.”

5.      Flow Chart
             Soeparno (1988: 18) menyatakan bahwa media flow chart adalah media  yang berisi beberapa buah gambar yang berhubungan satu dengan yang lain sehingga membentuk serangkaian cerita. Biasanya setiap gambar diberi nomor urut sesuai dengan urut-urutan jalannya cerita.
            Hal ini sejalan dengan Sadiman (1990: 37), yang menyatakan bahwa  flow chart menggambarkan arus suatu masalah atau dapat pula menelusuri tanggung jawab atau hubungan kerja antara berbagai bagian atau seksi suatu organisasi.
             Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan bila menggunakan media gambar flow chart, yaitu :
a.       Gunakan gambar atau flow chart yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan siswa (isi, ukuran, dan warna).
b.      Saat memegang atau memperlihatkan gambar, usahakan agar gambar tersebut jangan sampai bergerak.
c.       Hindari penggunaan gambar dalam jumlah dan jenis yang terlampau banyak, sebab hal ini cenderung membingungkan siswa. Kecuali jika ingin membandingkan beberapa gambar, maka perlihatkanlah gambar itu satu persatu agar perhatian siswa hanya tertuju pada gambar yang sedang diamati.
d.      Arahkan perhatian siswa pada sebuah gambar, kemudian ajukan beberapa pertanyaan langsung sehubungan dengan gambar tersebut.
e.       Jika ingin memperlihatkan gambar pada siswa tanpa pengawasan secara khusus dari guru, usahakan agar ada keterangan tertulis pada begian bawah dari gambar tersebut. Keterangan tersebut harus singkat tetapi jelas (tidak membuat siswa bingung dan bertanya-tanya pada dirinya sendiri atau pada orang lain).
f.        Lebih baik jika guru menulis pertanyaaan-pertanyaan dan jawabannya di samping gambar tersebut, tetapi tutuplah gambarnya dengan kertas. Biarkan setiap siswa menguji sendiri kebenaran jawaban mereka dengan membandingkannya dengan jawaban yang telah disiapkan oleh guru.
            Latuheru (1988: 45), memberi batasan bagan atau chart sebagai serangkaian gambar atau uraian singkat yang tersusun rapi dan berbentuk lambang-lambang visual yang menunjukkan perbandingan, perbedaan, proses kerja dari awal sampai akhir suatu kejadian. Bagan banyak ditemukan dalam buku-buku tulis dan lain-lain bahan pembelajaran. Suatu bagan yang dibuat dengan baik akan mampu menyalurkan isi pesan melalui saluran visual (indera lihat) atau mata. Selanjutnya, ia menegaskan adanya beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a.             bagan harus berisikan suatu informasi yang nyata dan dapat dilihat
b.            harus mudah dimengerti
c.             harus sederhana.
             Flow charts memperlihatkan suatu urutan, suatu proses, arah ataupun aliran dan urutan suatu proses. Biasanya bagan ini digambarkan secara horisontal untuk memperlihatkan bagaimana perbedaan kegiatan, bahan-bahan, maupun gabungan dari beberapa prosedur menjadi suatu keutuhan menuju penyelesaian suatu pekerjaan.  Manfaat dari bagan (chart=carta) adalah :
a.       merangkum suatu keterangan secara sederhana
b.      memperlihatkan hubungan antara data yang satu dengan data yang lain secara jelas dan mudah
c.       mendorong siswa berpikir secara kritis atau analitis.
Adapun kelemahannya adalah bagan (charts) hanya dapat menggambarkan sesuatu secara simbolis, dan hanya bersifat kuantitatif.
                  

B.     Keterampilan Menulis
            Keterampilan dapat diartikan sebagai kecakapan melakukan sesuatu dengan baik, cermat, tepat dan cepat. Dalam penelitian ini, istilah keterampilan dibedakan dengan kemampuan walaupun kedua istilah tersebut sangat erat berhubungan. Kemampuan (competence) adalah sesuatu yang masih ada dalam batin seseorang. Sedangkan keterampilan (performance) adalah perwujudan apa yang terdapat dalam batin orang tersebut.
     Darmadi, K (1996:22), mengatakan sebagai puncak kemampuan berbahasa, kegiatan menulis merupakan kemampuan yang kompleks. Kegiatan ini tidak hanya membutuhkan pensil, kertas, mesin ketik atau komputer, tetapi yang lebih penting adalah kemampuan memilih atau menentukan ide atau topik tulisan, mencari fakta, mengorgananisasi materi tulisan, menyatukannya sehingga menjadi sebuah tulisan dan sebagainya. Dengan demikian, seorang pemula yang ingin belajar menulis pun harus tahu bahwa untuk menyelesaikan tugas-tugas menulis  yang sederhana pun tetap diperlukan sejumlah kemampuan.
The first step in writing to learn about causes is recognizing that a discussion of cause and effect is called for. Many assigments do not mention cause and effect  explicitly, even thought that is what succesful responses will include (Anne Ruggles Gere, 1988 : 201).
“Langkah pertama dalam menulis mempelajari tentang penyebab kesalahan dimana penyebab sebuah diskusi dan pengaruh yang tersebut digunakan. Banyak kewajiban yang tidak menyebutkan penyebab dan pengaruh secara eksplisit, meskipun itu apakah respon mensukseskan yang akan melingkupi.”
     Menulis merupakan kegiatan berpikir teratur. Keteraturan dalam menulis ini tampak pada keteraturan menuangkan gagasan dan menggunakan kaidah-kaidah bahasa. Sebuah tulisan dikatakan baik apabila disampaikan sesuai tujuan dan situasi berbahasa, sedangkan tulisan dapat dikatakan benar apabila sesuai dengan aturan, norma, kaidah bahasa yang berlaku. Selain menguasai aturan atau kaidah bahasa, penulis juga diharapkan dapat menyusun pilihan kata yang terdapat dalam konteks kalimat.
         Dari uraian di atas dapat dirangkum pengertian bahwa keterampilan menulis adalah kecakapan mengorganisasikan gagasan dalam bentuk bahasa tulis secara baik dan benar.
C.    Unsur-Unsur Tulisan
      Ada beberapa unsur dalam tulisan yang perlu diperhatikan untuk mencapai penulisan yang efektif. Secara garis besar unsur-unsur tersebut dibagi menjadi dua bagian yaitu unsur organisasi tulisan dan unsur kebahasaan:
1.      Organisasi Tulisan
Keraf (1980: 34) dalam bukunya yang berjudul Komposisi, membagi tingkatan satuan bahasa sebagai berikut: kata, kalimat, dan paragraf. Kalimat merupakan suatu bentuk bahasa yang mencoba menyusun dan menuangkan gagasan-gagasan seseorang secara terbuka untuk dikomunikasikan kepada orang lain. Setingkat lebih tinggi dari kalimat adalah paragraf. Tataran yang lebih tinggi dari paragraf adalah wacana. Sebuah paragraf dapat dikatakan sebagai model karangan, tetapi karangan yang terkecil. Karena itu organisasi karangan dalam beberapa paragraf meliputi kesatuan, koherensi, dan kecukupan pengembangan.
a) Kesatuan
Setiap paragraf hanya memiliki satu pikiran utama sebagai pengendali. Fungsi paragraf adalah mengembangkan pikiran utama itu ke dalam kalimat-kalimat. Dalam mengembangkan kalimat tidak boleh ada kalimat yang menyimpang dari pikiran utama. Semua kalimat harus bersatu mendukung satu pikiran utama. Ramlan menyebutkan istilah kesatuan dengan istilah kepaduan.
We have seen that to define something we need to name it, classify it, and state its most important (i.e. definty) charasteristics. Because definitions are used to explain words we need, they are almost always only part of a text and not a whole text. We find defiinitions inside most serious writing, usually when something is being introduced for the first time (Liz Hamp Lyons and Ben Heasley, 1987 : 72)

“Telah kita ketahui bahwa pengertian sesuatu yang kita butuhkan untuk nama, klasifikasi, dan pernyataan yang terpenting  dari  sifat (contoh: pangertian). Karena pengertian digunakan untuk menjelaskan kata-kata yang kita butuhkan, mereka kebanyakan selalu hanya menjadi bagian dari sebuah text dan tidak merupakan keseluruhan teks. Kita menemukan pengertian di dalam kebanyakan penulisan yang serius, biasanya ketika sesuatu diperkenalkan untuk waktu yang pertama.”
      b) Koherensi
            Koherensi menitikberatkan hubungan antara kalimat dengan kalimat dalam sebuah paragraf atau hubungan antara paragraf dengan paragraf dalam sebuah wacana. Koherensi merupakan syarat keberhasilan sebuah karangan. Tanpa adanya koherensi, kumpulan informasi dalam kalimat tidak akan menghasilkan paragraf.
      c) kecukupan pengembangan
            Tulisan yang mudah dipahami oleh pembaca sangat bergantung pada cara penulis mengembangkan karangannya. Sebuah tulisan dapat dikembangkan dengan perincian yang cukup sehingga tulisan menjadi jelas. Perincian tersebut juga harus dikembangkan berdasarkan pemikiran yang logis. Kecukupan pengembangan dalam hal ini lebih menekankan pada urut-urutan pikiran.
            Cara mengembangkan pikiran utama menjadi sebuah paragraf dan menentukan adanya hubungan baik antara pikiran utama dan pikiran penjelas, pikiran penjelas dengan pikiran penjelas, dapat dilihat dari urutan perinciannya. Urutan logis didasarkan pada tanggapan penulis atas hubungan dari perincian-perincian itu. Penggunaan hubungan yang logis dapat dilakukan melalui berbagai cara, misalnya dengan perbandingan dan pertentangan, sebab akibat, analogi, khusus umum dan sebagainya. Metode hubungan logis ini hanya berfungsi sebagai pola umum bagaimana satu argumentasi dapat dikembangkan.
Eric Gould, Robert Di yanni, William Smith menyatakan bahwa Our writing habits – how often we write, where, when, and why – contribute greatly to our attitude to ward writing our writing will be. Pause for a moment and consider your felling, habits, and prediks position about writing
·         How often and how much do you write? Painting? Weekly? As litle or as much as possible?
·         What kinds of writing do you do? Personal experiences? Private thoughts? Letters? Class notes? Business notes? Memos? Lists? Report? Fiction? Poetri? Annotations on readings?
·         What is your favorite kind of writing?
·         What do you usually write with? Pen? Pencil? Typewritter? Word processor?
·         What is your favorite writing instrument? Why?
·         Do you have a special place for writing?
·         Where do you feel most comfortable writing? Why?
·         What kind of writing do you enjoy reading? Who is your favorite writer?
·         What do you think “effective” writing is? (1989 : 103).
Kebiasaan menulis  oleh kita- seberapa sering kita menulis, dimana, kapan, dan Mengapa- berperan besar dalam kebiasaan untuk menulis segala yang akan kita tulis. Berhenti sejenak dan terpaku pada perasaan, kebiasaan, dan letak prediksi tentang menulis.
·         Seberapa sering dan seberapa banyak kamu menulis? Melukis? Mingguan? Kemungkinannya sedikit atau banyak?
·         Apakah jenis menulis yang kamu lakukan? Pengalaman pribadi? Pemikiran pribadi? Surat? Catatan kelas? Catatan bisnis? Catatan-catatan? Daftar-daftar? Laporan? Puisi? Irama dalam membaca?
·         Apakah jenis tulisan yang kamu sukai?
·         Apa yang biasa kamu gunakan saat menulis? Pulpen? Pensil? Program komputer?
·         Apakah perlengkapan menulis  yang kamu suka? Mengapa?
·         Apakah kamu punya tempat istimewa untuk menulis?
·         Dimana kamu merasa nyaman saat menulis? mengapa?
·         Apakah jenis tulisan yang kamu nikmata saat membaca? Siapa penulis favoritmu?
·         Apa yang kamu pikir tentang efektifitas dalam menulis?
2.      Aspek Kebahasaan
            Kegiatan menulis selain menuntut kemampuan mengorganisasi karangan juga menuntut kemampuan menerapkan kaidah kebahasaan. Kaidah  kebahasaan meliputi penerapan penulisan kata dan kalimat efektif. Secara singkat dapat dikatakan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
a)secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan penulis
b)   sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pembaca seperti yang dipikirkan penulis (Keraf, 1980: 36).
           Editing means polishing a pice of writing by making word level change : in spelling (“live miss pelled ‘apparent’ again”), mechanics (“I need to use a comma here”), usage (“I’d better check the past tense of ‘lie’”), word choice (I’ve used ‘justify’ three times in two sentences; maybe I can sibstitute another word”), an soon. Most often writers edit a piece of writing at the end of the writing process, after the piece is finishing in all other respects (Calderonello and Edward, 1986 : 15).

           Proses pembetulan berarti perbaikan sebuah kesalahan dalam menulis oleh perubahan dalam membuat tingkatan kata: dalam pengejaan (“tinggal salah ejaan ‘pengertian’ lagi), permesinan (“saya membutuhkan penggunaan sebuah tanda koma di sini), penggunaan (“saya lebih baik mengecek kalimat lampau dari ‘bohong’”), pilihan kata (saya talah menggunakan ‘pembenaran’  sebanyak tiga kali di dua kalimat; mungkin saya dapat mengganti dengan kata lain”), dan yang lain. Kebanyakan penulis sering membetulkan kesalahan dalam menulis pada akhir dari proses menulis, setelah kesalahan terselesaikan di semua aspek yang lain.

D.    Karangan Deskripsi
Deskripsi berasal dari kata latin describere yang berarti menulis tentang atau memberikan suatu hal. Dalam deskripsi penulis memindahkan kesan-kesannya, memindahkan hasil pengamatannya dan perasaaanya kapada para pembaca, dan menyampaikan sifat dan semua perincian wujud yang dapat ditemukan pada objek tersebut. Sasaran yang ingin dicapai dalam deskripsi adalah menciptakan atau memungkinkan terciptakan daya khayal (imajinasi) pada para pembaca, seolah-olah mereka melihat sendiri objek tadi secara keseluruhan sebagaimana yang dialami secara fisik oleh penulisnya. (Keraf, 1981:93).
Sujanto (1988:107) mendefinisikan deskripsi adalah salah satu jenis paparan yang memberikan penjelasan tentang persepsi seperti apa adanya. Deskripsi memberikan gambaran tentang sesuatu yang konkret seperti melukiskan pamandangan atau segala sesuatu yang dapat diinderakan. Selain itu, deskripsi melukiskan sesuatu yang abstrak yang seperti emosional seperti kesedihan, kekacaubalauan, dan sebagainya. Dengan kata lain, deskripsi adalah penentuan detail yang akan ditonjolkan untuk memperjelas pengertian atau gambaran tentang subjek yang akan dideskripsikan.
Tujuan tulisan deskriptif adalah mengajak para pembaca menikmati, merasakan, memakai sebaik-baiknya objek, adegan, kegiatan orang atau suasana hati yang telah dialami oleh penulis. Oleh karena itu, kualitas yang dituntut oleh tulisan deskriptif adalah daya tanggap yang tajam dan kepandaian mempergunakan kosa kata yang memadai (Tarigan, 1985:52).
Menurut Sirait (1985:20), berdasarkan tujuannya, deskriptif dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
1.      Deskriptif Sastra.
Deskriptif ini bertujuan untuk menimbulkan imajinasi, kesan, dan pengaruh kepada para pembaca. Deskriptif sastra melukiskan hakikat yang nyata dari suatu objek sebagai titik tolak, kemudian perlahan bergerak ke arah imajinasi dan perasaan. Deskripsi ini berpusat pada permukaan dan keanekaragaman subjek yang bersangkutan.
2.      Deskriptif Teknis atau Deskripsi Ekspositori.
Deskripsi ini bertujuan untuk memberikan identikasi atau informasi mengenai objeknya, sehingga pembaca dapat mengenalnya bila bertemu objek tadi. Deskripsi ini tidak berusaha untuk menciptakan kesan pada diri pembaca. Deskripsi teknis secara harfiah mengatakan apa yang ada, dalam arti apa yang dilukiskan itu dapat diperiksa kebenarannya.
      Dari uraian pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan beberapa definisi dan tujuan karangan deskripsi, sebagai berikut :
1. karangan deskripsi adalah karangan yang berusaha menggambarkan objek seperti apa adanya sehinggga pembaca seolah-olah dapat melihat objek tersebut secara langsung.
2. karangan deskripsi dalam penelitian ini bertujuan untuk memberi informasi mengenai suatu objek, sehingga pembaca dapat mengenalnya bila bertemu objek tersebut.
3. Deskripsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskripsi teknis, karena tidak bertujuan untuk menimbulkan imajinasi, pengaruh, atau kesan kepada pembaca.


E.     Tujuan dan Fungsi Menulis
1.      Tujuan Menulis
         Menurut Imam syafi’ie (1988 :51–52) menyatakan bahwa tujuan penulisan sangat banyak karena setiap penulisan dapat menentukan tujuan penulisan yang dikehendakinya. Meskipun demikian, secara garis besar kita dapat mengklasifikasikan tujuan penulisan sebagai berikut :
a)      Mengubah keyakinan pembaca. Setelah selesai membaca tulisan kita diharapkan :
·         mempercayai sesuatu hal berkaitan dengan perihal pokok tulisan kita;
·         memikirkan secara sungguh-sungguh sesuatu hal yang berkaitan dengan perihal pokok yang kita tuliskan;
·         memperhatikan sesuatu hal yang sebelumnya mereka abaikan berkaitan dengan perihal pokok yang kita sajikan;
·         menyetujui apa yang kita kemukakan berkaitan dengan perihal pokok yang kita sajikan.
b)      Menanamkan pemahaman terhadap sesuatu pada pembaca. Setelah selesai membaca tulisan kita harapkan pembaca memahami perihal pokok yang kita sajikan.
c)      Merangsang proses berfikir pembaca. Setelah membaca tulisan kita diharapkan pembaca terangsang untuk memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan perihal pokok yang kita sajikan. Dalam hal ini yang dipentingkan adalah aktivitas berfikir mengenai sesuatu itu sendiri. Oleh karena itu, tidak harus sampai pada kesimpulan atau hasil.
d)     Menyenangkan atau menghibur pembaca. Setelah membaca tulisan kita diharapkan pembaca memperoleh kesenangan sehingga mereka terhibur hatinya.
e)      Memberi tahu pembaca. Setelah selesai membaca tulisan kita dihararapkan pembaca mengetahui sesuatu yang berkaitan dengan perihal pokok yang kita sajikan.
f)       Memotivasi pembaca. Setelah membaca tulisan kita harapkan pembaca terdorong untuk melakukan sesuatu hal berkaitan dengan perihal pokok yang kita saajikan.
     Masing-masing tujuan penulisan dalam klasifikasi di atas bisa saling berhubungan antara satu dengan yang lain. Oleh karena itu, dalam satu tulisan seorang penulis dapat mengemukakan beberapa tujuan.
2.      Fungsi Menulis
            Selain mempunyai tujuan tersebut di atas, menulis juga mempunyai fungsi. Menurut Fachruddin (1988: 6), fungsi menulis adalah sebagai berikut:
a)      Menulis menolong kita menemukan kembali apa yang pernah kita ketahui. Menulis mengenai satu topik merangsang pikiran kita mengenai topik tersebut dan membantu kita membangkitkan pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam bawah sadar
b)      Menulis menghasilkan ide-ide baru. Tindakan menulis merangsang pikiran kita untuk mengadakan hubungan, mencari pertalian dan menarik persamaan (analogi) yang tidak akan pernah terjadi seandainya kita tidak mulai menulis
c)      Menulis membantu mengorganisasikan pikiran kita, dan menempatkannya dalam suatu bentuk yang berdiri sendiri. Ada kalanya kita dapat menjernihkan konsep yang kabur atau kurang jelas untuk diri kita sendiri, hanya karena kita menulis mengenai hal itu
d)     Menulis menjadikan pikiran seseorang siap untuk dilihat dan dievaluasi
e)      Menulis membantu kita menyerap dan menguasai informasi baru
f)       Menulis membantu kita memecahkan masalah dengan jalan memperjelas unsur-unsurnya dan menempatkannuya dalam suatu konteks visual, sehingga ia dapat diuji.
            Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menulis dapat berfungsi melatih seseorang untuk mengungkapkan sesuatu secara jujur agar dapat dilihat oleh orang lain. Di samping itu, menulis juga dapat digunakan sebagai jalan penyelesaian masalah.

F.        Penilaian Hasil Karangan
            Menurut Nurgiyantoro (2001:303), penilaian yang dilakukan terhadap karangan siswa biasanya bersifat holistik (menyeluruh), impresif (mengesankan), dan selintas, yaitu penilaian yang bersifat menyeluruh berdasarkan kesan yang diperoleh dari membaca karangan siswa secara selintas.
            Selain penilaian yang bersifat holistik, penilaian yang bersifar analitis juga perlu diberikan terhadap karangan siswa. Hal ini dilakukan supaya guru dapat menilai secara lebih objektif dan memperoleh informasi yang lebih rinci tentang kemampuan siswanya.
            Penilaian dengan pendekatan analitis merinci karangan ke dalam kategori tertentu. Pengkategorian ini dapat bervariasi, bergantung dari jenis karangannya. Walaupun pengkategorian ini bervariasi, kategori-kategori yang pokok hendaknya meliputi: (1) Kualitas dan ruang lingkup isi, (2)organisasi dan penyajian isi, (3) gaya dan bentuk bahasa, (4)mekanik: tata bahasa, ejaan, tanda baca, kerapian tulisan, dan kebersihan, dan (5) respon aktif guru terhadap karya tulis. (Nurgiyantoro, 2001: 305)
Tabel 1. Penilaian Tugas Menulis dengan Pembobotan Tiap-Tiap Unsur
No
Unsur yang dimiliki
Skor Maksimum
Skor Siswa
1
Isi gagasan yang dikemukakan
35
...........................
2
Organisasi isi
25
...........................
3
Tata bahasa
20
...........................
4
Gaya: pilihan struktur dan kosakata
15
...........................
5
Ejaan
5
...........................

Jumlah
100

           
            Selain model yang diuraikan di atas, terdapat model penilaian yang lebih terinci dalam memberikan skor penilaian, yaitu dengan menggunakan model skala interval untuk tiap tingkatan tertentu pada tiap aspek yang dinilai. Model penilaian ini banyak dipergunakan pada program ESL (English as a Second Language), (Nurgiyantoro, 2002: 307).
            Model penilaian yang akan digunakan untuk menilai hasil karangan siswa dalam penelitian ini adalah model penilaian program English as a Second Language (ESL) yang dikemukakan oleh Hartfield (dalam Nurgiyantoro, 2001: 307). Model penilaian ini dipilih karena lebih terinci dan teliti dalam memberikan skor daripada model penilaian yang lain. Selain itu, model penilaian ini juga terbukti dapat diterapkan dalam penilaian karangan berbahasa Jawa. Contoh model penelitian yang dimaksud dapat dilihat pada tabel berikut,

Tabel 2.  Model Penilaian Karangan pada Program ESL (English as a Second Language)
Unsur
Skor
Kriteria
isi
5
Sangat baik: sesuai dengan judul, gagasan yang dungkapkan jelas, padat isinya
4
Baik: kurang sesuai dengan judul, kurang terorganisasi tetapi ide terlihat
3
Cukup baik: tidak lancar, gagasan kacau, terpotong-potong
2
Kurang baik:  tidak komunikatif, tidak terorganisasi
Organisasi
5
Sangat baik: ekpresi lancar, gagasan yang diungkapkan dengan jelas tertata dengan baik, urutannya logos dan kohesif
4
Baik: urutan cerita logis, runtut dan tidak terpotong-potong
3
Cukup baik: urutan cerita logis, runtut, tetapi terpotong-potong atau tidak lengkap
2
Kurang baik: urutan cerita tidak logis, tidak runtut dan terpotong-potong
Kosakata
5
Sangat baik: pemanfaatan secara tepat, pilihan kata dan ungkapan tepat, menguasai pembentukan kata.
4
Baik: pemanfaatan kata agak tepat, pilihan kata dan ungkapan kurang tepat tetapi tidak menggangu
3
Cukup baik: pemanfaatan kata terbatas, sering terjadi kesalahan yang merusak makna
2
Kurang baik: pemanfaatan kata asal-asalan, pengetahuan kosakata rendah
Penguasaan Bahasa



5
Sangat baik: konstruksi komplek dan efektif
4
Baik: penggunaaan kata dan kalimat tepat, efektif
3
Cukup baik: konstruksi sederhana tapi tetap efektif
2
Kurang baik: terjadi kesalahan dalam konstruksi kalimat
Mekanik
5
Sangat baik: terjadi kesalahan maksimal 5 ejaan
4
Baik: terjadi kesalahan ejaan antara 6-10 ejaan
3
Cukup baik: terjadi keslahan ejaan antara 11-15 ejaan.
2
Kurang baik: terjadi kesalahan ejaan lebih dari 16 ejaan

G.    Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian Rina Tri Indrianingrum yang berbentuk skripsi dengan judul Penggunaan Media Pembelajaran Flow Chart untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Narasi Berbahasa Jawa Siswa Kelas VIII SMP Negeri 25 Purworejo. Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan media pembelajaran flow chart mampu meningkatkan keterampilan menulis narasi berbahasa Jawa siswa kelas VIII SMP Negeri 25 Purworejo.
Sesuai dengan permasalahan dan hasil penelitian serta pembahasan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, dapat disimpulkan bahwa tindakan berupa media flow chart mampu meningkatkan ketrampilan menulis kerangan narasi siswa. Pelaksanaan tindakan  pada tahun 2007 dan penelitian ini dilaksanakan selama 3 siklus yang dapat meningkatkan skor manulis narasi. Media flow chart dapat membantu siswa menuangkan ide atau gagasan dengan lancar.
Penelitian kedua adalah penelitian berbentuk skripsi yang disusun oleh Anita Dyah Fitriana. Judulnya adalah VCD Campursari Sebagai Media Pembelajaran Dalam Upaya Peningkatan Ketrampilan Menulis Deskripsi Berbahasa Jawa Pada Siswa Kelas XI IPA I SMAN 1 Banguntapan Yogyakarta.
Berdasarkan deskripsi hasil yang telah diuraikan dalam skripsi ini dapat disimpulkan bahwa media VCD Campursari terbukti dapat menigkatkan ketrampilan menulis deskripsi berbahasa Jawa siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juni 2009 dengan tujuan penelitian untuk meningkatkan ketrampilan menulis deskripsi pada siswa kelas XI IPA 1 SMA N 1 Banguntapan. Peneliti memilih objek peneltian karangan deskripsi karena siswa kelas di sekolah ini kurang lancar dalam menuangkan ide-idenya untuk disampaikan. Ketrampilan menulis sangatlah penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, untuk itu ketrampilan menulis ini layak dan pantas ditingkatkan.    
Dalam penelitian yang akan saya laksanakan perlu adanya media, yaitu media yang berupa gambar. Gambar ini adalah gambar yang berbentuk bagan dan merupakan satu rangkaian suatu kejadian, peristiwa atau sebuah kegiatan. Media ini tidak beda dengan penelitian yang berbentuk skripsi dan disusun oleh Rina Tri Indrianingrum yaitu menggunakan media flow chart. Perbedaan yang terdapat dalam panelitian ini adalah fokus penelitiannya. Penelitian Rina Tri Indrianingrum fokusnya adalah karangan narasi, sedangkan penelitian yang akan saya lakukan fokusya adalah karangan deskripsi. Media flow chart terbukti dapat meningkatkan ketrampilan menulis karangan narasi, sehingga menurut saya media ini diperkirakan dapat meningkatkan ketrampilan menulis karangan deskripsi pula.
Ketrampilan menulis sangatlah penting karena dengan ketrampilan menulis siswa dapat meningkatkan bakat kebahasaan yang ada dalam dirinya. Saya mengambil fokus ini karena menurut saya kerampilan ini harus ditingkatkan dan tidak boleh dipandang sebelah mata. Fokus yang saya pilih dalam penelitian yang akan saya lakukan adalah sama dengan fokus yang diteliti oleh Anita Dyah Fitriana yaitu peningkatan ketrampilan menulis karangan deskripsi. Adapun perbedaan antara penelitian yang akan saya lakukan dengan penelitian Anita Dyah Fitriana adalah berupa media pembelajarannya.    

H.    Kerangka Berpikir
         Proses belajar mengajar merupakan salah satu segi yang perlu diperhatikan karena banyak sekali kegiatan yang terjadi di dalamnya. Satu diantaranya penyampaian materi pelajaran dapat menentukan berhasil tidaknya proses belajar-mengajar yang sedang berlangsung, seperti halnya dalam menulis. Penyampaian materi pelajaran akan lebih mudah dimengeti oleh siswa apabila disertai dengan penggunaan media pedidikan yang tepat. Selain itu, menulis juga membutuhkan proses, latihan, serta praktek secara terus-menerus agar dididapatkan hasil karangan yang optimal, hal inilah yang terkadang membuat siswa enggan untuk terus berlatih menulis, sehingga mengakibatkan ketrampilan menulis mereka rendah.
         Untuk mengatasi hal ini, guru dapat mengunakan media gambar flow chart. Media gambar flow chart adalah salah satu media yang digunakan dalam dunia pendidikan, khususnya pada proses belajar-mengajar di kelas. Pengguaan media gambar flow chart diduga dapat menarik minat siswa. Media gambar flow chart memuat sebuah objek tertentu, misalnya berupa benda atau peristiwa yang dapat diamati secara langsung sehingga mempermudah siswa dalam mengenal objek yang dimaksud. Dalam pembelajaran menulis, khususnya menulis karangan deskrpsi kehadiran sebuah objek yang akan ditulis yang terdapat di dalam media gambar flow chart sangat membantu siswa untuk mendeskripsikan secara detail gambar yang akan ditulis tersebut. Siswa lebih mudah membayangkan kehadiran objek yang dimaksud sebelum menuangkan ke dalam bentuk tulisan. Siswa juga dapat menuliskan detail yang lebih spesifik tentang objek tersebut, karena benda yang ditulis hadir di dalam media gambar flow chart yang dilihatnya.
         Media gambar flow chart dapat memberikan kontribusi pada pembelajaran menulis deskripsi. Di samping itu, kompetensi bahasa target yang digunakan untuk mendeskripsikan benda tersebut berpengaruh terhadap kualitas tulisan. Siswa yang mempunyai kompetensi yang baik terhadap bahasa target tentu tidak merasa kesulitan dalam mendekripsikan secara  lengkap detail benda yang terdapat di dalam media gambar flow chart.
         Berdasarkan uraian di atas, adanya pengajaran menulis dengan media gambar flow chart diharapkan akan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis, khususnya menulis karangan deskripsi.

I.       Hipotesis Tindakan
      Hipotesis dalam penelitian tindakan ini adalah apabila pengajaran menulis dilaksanakan dengan media gambar flow chart, ketrampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas VIII E SMPN 16 Yogyakarta meningkat.





BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Metode  Penelitian
            Metode penelitian yang dipergunakan adalah penelitian tindakan kelas atau classroom action research. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian tentang kelas sasaran dengan memanfaatkan interaksi, partisipasi dan kolaborasi antara peneliti, guru bahasa Jawa, dan siswa sebagai subjek penelitian. Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam proses pembelajaran di kelas. Tujuan dipilihnya jenis penelitian ini untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi bahasa Jawa siswa kelas VIII E SMP N 16 Yogyakarta dengan menggunakan media gambar flow chart. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian tindakan Kemmis dan Taggart. Dalam model penelitian tindakan ini terdapat empat komponen yaitu
1)      perencanan (planning),
2)      tindakan (acting),
3)      observasi (observing),
4)      refleksi (reflecting) ( Kemmis, dkk. dalam Suwarsih Madya, 1994: 25).    

B.     Subjek dan Objek Penelitian
              Peneliti mengambil setting penelitian di SMP Negeri 16 Yogyakarta. Alasan dipilihnya sekolah ini karena sekolah tersebut memililki fasilitas dan media pembelajaran yang cukup baik, tetapi niat belajar siswa masih kurang. Untuk itu, dengan hasil penelitian yang dapat dicapai pada penelitian diharapkan dapat membangkitkan motivasi guru dan siswa dalam pembelajaran Bahasa Jawa dan dapat berkompetisi dengan sekolah lain. Di SMP Negeri 16 Yogyakarta belum pernah diadakan penelitian untuk mata pelajaran Bahasa Daerah, dan alasan ini mendorong saya ingin mencoba untuk mengadakan penelitian di sekolah ini.  
              Subjek penelitian ini adalah siswa kelas  8E SMP Negeri 16 Yogyakarta. Sementara itu, objek penelitian tindakan kelas ini adalah keterampilan menulis karangan deskripsi berbahasa Jawa siswa kelas  8E SMP Negeri 16 Yogyakarta.           

C.    Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMPN 16 Yogyakarta yang terletak di sebelah barat alun-alun kidul, Yogyakarta. Pelaksanaan kegiatan observasi lapangan dilaksanakan pada bulan Januari 2010. Penelitian  tindakan ini dilakukan selama satu bulan dimulai dari akhir Maret 2010 sampai akhir April 2010. Tindakan dilakukan saat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar bahasa Jawa berlangsung dengan frekuensi pembelajaran satu kali dalam satu minggu, dengan durasi waktu pembelajaran 90 menit setiap kali tatap muka.

D.    Instrumen Penelitian
              Instrumen merupakan alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Instrumen Penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Lembar pengamatan digunakan untuk dapat mengungkapkan aktifitas siswa ketika proses pembelajaran menulis di kelas ketika tindakan dilaksanakan.
2.      Catatan lapangan yaitu mencatat persoalan-persoalan yang menarik. Catatan ini mencakup kesan dan penafsiran terhadap peristiwa yang terjadi di kelas ketika tindakan dilaksanakan.
3.      Tes digunakan untuk mengetahui keterampilan menulis karangan deskripsi berbahasa Jawa siswa. Tes yang dilakukan terdiri dari pretes dan postes. Pretes yaitu alat pengumpulan data yang akan menjabarkan kemampuan awal siswa, sedangkan postes merupakan alat pemeroleh data berupa kemampuan siswa setelah diberi tindakan pada akhir siklus.
4.      Panduan wawancara yang perlu disiapkan adalah beberapa pertanyaan yang erat hubungannya dengan sekolah dan perihal menulis deskripsi. Perlu disisipkan juga beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan media pembelajaran gambar Flow chart. Dalam wawancara diperlukan waktu tersendiri di luar jam pelajaran untuk memfokuskan inti dari permasalahan.

E.     Teknik Pengumpulan Data
            Sumber data dalam penelitian tindakan ini meliputi siswa, guru, dokumen hasil pembelajaran dan proses pembelajaran. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi, catatan lapangan dan deskripsi pada saat pelaksanaan pembelajaran, serta tes. Semua teknik pengumpulan data tersebut dipergunakan untuk memperoleh data tentang hasil penelitian tindakan. Hasilnya dipadukan dan dianalisis untuk selanjutnya diambil kesimpulan.
1.      Observasi
      Observasi atau pengamatan dilakukan untuk memperoleh data dari subjek penelitian berupa data kualitatif. Observasi dilakukan untuk mengamati perilaku anak didik, tanggapan siswa, dan penilaian siswa terhadap metode yang digunakan saat pembelajaran menulis. Selain itu, pengamatan terhadap interaksi, perilaku, kemampuan menyerap materi, serta hubungan sosial yang terjadi antara guru dengan siswa ataupun antara siswa dengan siswa dalam proses pembelajaran menulis juga menjadi bahan pengamatan.
  1. Catatan lapangan
            Catatan lapangan dan deskripsi pada saat pelaksanaan pembelajaran dipergunakan untuk mencatat semua hal yang terjadi pada saat proses pembelajaran menulis berlangsung. Pencatatan dilakukan dengan mengamati subjek penelitian secara bertahap dalam setiap perlakuan tindakan. Pada saat kegiatan pembelajaran menulis berlangsung perlu dicatat kendala atau permasalahan yang timbul baik dari pihak guru ataupun dari siswa. Pemantauan terhadap peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi oleh siswa perlu dicatat secara cermat.
  1. Tes
      Tes digunakan untuk mengetahui ketrampilan menulis karangan deskripsi berbahasa Jawa siswa. Tes yang dilakukan terdiri dari pretes dan postes. Pretes yaitu alat pengumpulan data yang akan menjabarkan kemampuan awal siswa, sedangkan postes merupakan alat pemerolehan data berupa kemampuan siswa setelah diberi tindakan pada akhir siklus.
      Tes yang digunakan adalah dengan menggunakan tes menulis, pemberian tugas menulis karangan deskripsi kepada siswa. Sebelum dilakukan tindakan menulis karangan deskripsi dengan media gambar flow chart, terlebih dahulu dilakukan pretes untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam menulis karangan deskripsi. Setelah dilakukan tindakan, kemudian dilakukan postes untuk mengetahui kemampuan menulis karangan deskripsi siswa setelah dilakukan tindakan.
  1. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan guru dan siswa. Wawancara akan dilakukan di luar jam pelajaran. Wawancara yang dilakukan dengan siswa tidak semuanya diwawancarai, hanya perwakilan dari beberapa siswa saja. Wawancara dengan guru akan dilakukan secara tidak terstruktur untuk mengetahui proses pembelajaran yang telah dilakukan.
  1. Analisis Tindakan
      Dokumen dalam penelitian ini adalah hasil pekerjaan siswa yang berupa tulisan karangan deskripsi.

F.  Teknik Analisis Data
            Teknik yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian tindakan ini adalah deskriptif. Teknik analisis deskriptif, yaitu teknik pengolahan data dengan cara mendeskripsikan peningkatan aktifitas pembelajaran, perilaku, motivasi, serta peningkatan keterampilan menulis karangan deskrispsi siswa dari hasil pengamatan atau observasi, catatan lapangan, deskripsi data pada saat proses tindakan berlangsung, serta tes. Hasil pengamatan dan catatan lapangan menggambarkan peningkatan proses pembelajaran menulis sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan, sedangkan tes menghasilkan data berwujud angka atau skor keterampilan menulis karangan deskripsi berbahasa Jawa.
            Skor akan menggambarkan adanya perubahan kemampuan entah berupa penurunan ataupun peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi berbahasa Jawa siswa sebelum diberi tindakan dan setelah diberi tindakan.

G.    Prosedur Penelitian
1.      Perencanaan
Tahap perencanaan dilakukan sebelum tindakan diberikan kepada siswa. Peneliti dan guru kolaborator melakukan diskusi yang dilanjutkan dengan observasi kelas dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi. Pembelajaran dibuat seperti yang biasa dilakukan dan siswa diuji keterampilan menulis karangan deskripsi seperti yang biasa dilakukan. Adapun rincian kegiatan dalam tahap perencanaan tindakan diantaranya sebagai berikut.
a)      Peneliti bersama kolaborator menyamakan persepsi dan melakukan diskusi untuk mengidentifikasi permasalahan yang muncul dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi.
b)      Guru melakukan kegiatan pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan pendekatan dan model pembelajaran yang biasa dilakukan.
c)      Peneliti membagikan angket kepada siswa untuk mengetahui proses, kendala, tanggapan tentang pembelajaran menulis karangan deskripsi yang biasa dilakukan.
d)     Menyiapkan instrumen berupa lembar pengamatan, lembar penilaian, catatan lapangan, dan pedoman wawancara.
2.      Tindakan
Pada tahap ini diterapkan perencanaan yang sudah dibuat bersama dengan guru. Guru melakukan proses pembelajaran menulis karangan deskripsi sesuai perencanaan yang telah dibuat sebelumnya dengan menggunakan media gambar flow cart.
3.      Observasi
Observasi dilakukan selama tindakan berlangsung. Observer (peneliti) menggunakan instrumen observasi antara lain lembar observasi yang dilengkapi dengan catatan lapangan. Aktivitas siswa menjadi fokus utama pengamatan. Hasil observasi digunakan sebagai data yang bersifat kualitatif untuk menilai keberhasilan penelitian secara proses. Rekaman berupa foto dan hasil tulisan siswa berupa karya menulis karangan deskripsi menjadi salah satu data yang akan dianalisis sebagai hasil observasi pada tindakan siklus.
4.      Refleksi
Refleksi dilakukan oleh peneliti dan guru untuk menilai tingkat keberhasilan pembelajaran menulis karangan deskripsi menggunakan media gambar  flow cart. Kekurangan dan kendala selama penelitian berlangsung akan didiskusikan dan akan dicari solusinya sebagai pijakan bagi siklus selanjutnya.
H.  Validitas Penelitian
Adapun validitas yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah validitas demokratik, proses, dan dialogik.
1.      Validitas Demokratik
Validitas demokratik dilakukan dalam rangka identifikasi masalah, penentuan fokus masalah, perencanaan tindakan yang relevan, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan penelitian dari awal hngga akhir penelitian. Semua subjek yang terkait meliputi guru, kolaborator dan siswa.
Penelitian tindakan ini memenuhi validitas demokratik karena peneliti benar-benar berkolaborasi dengan guru dan siswa serta pembelajaran bahasa Jawa khususnya dalam peningkatan ketrampilan menulis deskripsi pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 16 Yogyakarta.
2.      Validitas Proses
Validitas proses pada penelitian ini dicapai dengan cara peneliti dan kolaborator secara intensif berkolaborasi dalam semua kegiatan yang terkait dengan proses penelitian. Pada penelitian ini tindakan dilakukan oleh guru sebagai praktisi tindakan di kelas dan peneliti sebagai participant observer yang selalu berada di kelas dan mengikuti proses pembelajaran.
3.      Validitas Dialogik
Berdasarkan data awal penelitian dan masukan yang ada, selanjutnya peneliti mengklarifikasikan, mendiskusikan, menganalisis data tersebut dengan guru bahasa Jawa untuk memperoleh kesepakatan. Penentuan bentuk tindakan pada penelitian ini dilakukan bersama antara peneliti dan guru bahasa Jawa SMP Negeri 16 Yoyakarta, yaitu Ibu Prapti. Dialog atau diskusi dilakukan untuk menyepakati bentuk tindakan yang sesuai sebagai alternatif pemecahan permasalahan dalam penelitian ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar